Album Tulus : Representasi Dinamika Kehidupan “Manusia”, Membahas Apa?
Merupakan album ke empat dari penyanyi pria Indonesia, Tulus. Perilisan album ini tepat pada 3 Maret 2022, dua tahun album “Manusia” ini dirampungkan. 10 daftar lagu dengan durasi 38 menit 37 detik yang disisipkan untuk merampungkan pertunjukan 10 tahun Tulus berkarya. Album ini menjadi bentuk pengakhiran rindu Tulus pada para penggemarnya karena telah lama tidak mengeluarkan album besar.
Dalam album Manusia ini Tulus berkolaborasi dengan melibatkan musisi ternama di Indonesia seperti Petra Sihombing, Topa Abimanyu, Yoseph Sitompul dan produsernya Ari Renaldi. Penyempurnaan album ini semakin terasa karena Tulus menghadirkan aransemen Erwin Gutawa dan iringan paduan suara yang membuat lagu — lagunya semakin megah.
Album ini berbeda dengan album sebelumnya, Tulus menghadirkan warna yang lebih hidup dan ekspresif dalam setiap detail albumnya, ini menjadi penanda kebaruan konsep yang terasa segar dalam jati diri musik Tulus. Ini menjadi hal baru sejak terakhir album Monokrom tanpa warna dirilis pada tahun 2016. Melihat realitas dalam penerimaan penggemar terhadap album ini, lagu Hati — Hati di Jalan menjadi lagu yang tak asing bagi banyak orang. Diikuti lagu Diri, Satu Kali dan Tujuh Belas yang mudah didengarkan oleh banyak orang. Lagu — lagu tersebut berhasil menyasar banyak penggemar utamanya lapisan generasi muda.
Tulus merupakan musisi dengan konsistensi karakter yang kuat dalam setiap lagunya, lagu Tulus menjadi karya yang secara mandiri menghadirkan perasaan dan emosi. Tak jarang, setiap pendengarnya selalu menghadirkan tempat pada lagu — lagu tulus. Konsep yang selalu dihadirkan Tulus dalam lagunya adalah tentang bagaimana ia merepresentasikan hal sederhana menjadi sebuah benang merah yang mewakili banyak perasaan dan dinamika kehidupan manusia.
Teka — teki perjalanan album ini dimulai sejak tulus merilis lagu Ingkar, lagu ini menjadi tanda dimulainya perjalanan album Manusia. Album Manusia ini menyasar konsep bagaimana manusia dengan keberadaan dinamika kehidupan dan perasaan yang manusia miliki. Menarik sekali dan sudah menjadi ciri Tulus sendiri, lagu yang ia miliki selalu mewakili cerita kehidupan. Makna — maknanya tidak berhenti bagaimana pandangan cinta pada kekasih saja, bukan hanya tentang manusia dan patah hatinya saja. Terlihat betul dalam paparan pesan dalama album ini adalah bagaimana manusia merayakan beragam dinamika perasaan dan kehidupannya masing — masing.
Megahnya album ini adalah karena kemampuan Tulus yang dengan sangat rapihnya merepresentasikan kehidupan manusia. Siapa — siapa saja yang mendengarkannya akan merasa tervalidasi tentang bagaimana cara kerja merasakan sedih, bagaimana interaksi tidak lepas dari manusia.
Tentang hati yang besar, mimpi yang perlu diperjuangkan, bagaimana kabar tentang jiwa dan raga yang muda serta betapa seringnya manusia mempertanyakan tentang apa saja yang dipanggil “hidup”. Itulah yang menjadi kemegahan dari segala kesederhanaan manusia dalam mengalami dan merasakan sesuatu, Tulus menerjemahkannya dalam album ini.
Keberhasilan tulus menyasar pendengarnya ditujukan dengan benang merah pada setiap lagu — lagunya. Tidak dipungkiri keberadaan musik Tulus adalah tentang lagu — lagu yang mewakili banyak cerita kehidupan manusia. Sedari awal konsep musik yang megah namun disasarkan dengan pembawaan sederhana dan kuat dalam penyampaiannya adalah keunggulan yang selalu Tulus bawa.
Dalam setiap lagunya tulus secara cerdas menghadirkan detail bagaimana musik menyampaikan kebesaran benang merah sebuah pesan dengan musikalitas yang megah, penyampaian pesan lewat lirik yang mengandung unsur estetika sekaligus dapat dipahami secara dalam oleh para penikmatnya. Konsistensi hadir penuh dalam album Manusia adalah bentuk kecerdasan Tulus agar karyanya tetap diterima.
Dalam album ini Tulus menyampaikan lagunya secara perlahan, membuat pendengarnya merasa dengan sederhana dirayakan penuh melalui kesabaran penuh, bagaimana kehidupan mengajarkan bentuk — bentuk pendewasaan. Kemahiran tulus menghadirkan lirik lagu puitis dengan syair sarat makna dengan sisipan kalimat menyentil, menggugah optimisme, realitas kehidupan dan pendewasaan yang dikemas secara apik dan hati — hati. Hal lain yang menjadi konsistensi dalam album ini, penghadiran video sebagai bentuk visualisasi dan penjabaran lirik adalah hal yang dirancang cerdas.
Konsepnya adalah video — video sederhana namun tetap kaya akan makna, usungan konsepnya selalu merepresentasikan benang kehidupan dan bagaimana unsur musik secara cantik menerjemahkan perkara kehidupan. Seperti penyajian di album sebelumnya, Tulus juga bukan hanya penerjemah kehidupan melalui lagu yang sarat makna saja.
Kemampuan teknik bermusiknya ia suguhkan melalui penampilan bernyanyi sederhana di ruang besar tanpa pengayaan konsep yang berlebihan. Namun, yang membesarkan video itu adalah bagaimana Tulus dan kemampuan bernyanyi secara teknik dan intuisi menghadirkan video musik yang menggugah perasaan besar.
Memang mungkin Tulus ingin album ini mendewasakan pendengarnya?
Tidak dipungkiri penggunaan bahasa dalam lirik — liriknya seperti mendongengkan para pendengar bagaimana kehidupan mendewasakan siapa aja yang mau menerima dan merayakannya. Seperti karakter yang selalu Tulus bangun dalam lagu — lagunya, tentang bagaimana lagunya bukan hanya didengar saja. Ia selalu mengharapkan bahwa lagunya bisa bertumbuh besar di hati mereka yang mendengarkan lagu- lagunya, mewakili setiap perasaan dan menjadi karya yang menemani keseharian pendengarnya.
Tulus selalu menempatkan pendengarnya sebagai penerimaan atas lagu — lagu kehidupan, maka dari itu album ini tidak akan terlepas dari benang merah setiap unsur dalam pendewasaan kehidupan manusia.
Seperti dalam satu lirik lagunya yaitu Interaksi dengan kalimat, “Bila bukan untuk aku, hindariku dari patah hati itu.” lirik tersebut mencerminkan bahwa sekuat apapun perasaan besar terhadap suatu yang kita inginkan. Terkandung makna bahwa yang tak boleh kita lupa adalah meminta penglapangan hati dan keikhlasan jika gagal untuk mendapatkannya. Itu bentuk berdoa dan merupakan dinamika dari kehidupan manusia.
Cara kerja peribahasa, memperkaya sebuah karya. Bagaimana?
Walaupun terkadang pendengar awam membutuhkan waktu untuk mencerna makna dalam setiap baitnya, di akhir lagu — lagu Tulus selalu kaya akan makna. Penataan kata yang menjadi kalimat, pemilihan bahasa Indonesia yang sederhana namun megah menjadi nilai besar untuk Tulus.
Seperti dalam lagu hati — hati di jalan dimana terdapat bait kalimat “Kukira kita asam dan garam, dan kita bertemu di belanga”, terkesan tidak menampakan maknanya. Bentuk kalimat yang perlu dipahami secara detail, namun itulah daya tarik lagu tersebut. Mendorong rasa penasaran pendengarnya, menghasilkan efek dimana makna dari lirik tersebut dicari — cari kejelasannya. Dalam lirik tersebut memiliki makna tersirat tentang bagaimana manusia menemui takdir atas kegagalan untuk bersama, tidak jodoh.
Hal tersebut memperkaya konsep album ini bukan sebagai karya penyampaian perasaan saja, namun tentang bagaimana seni sastra bahasa membangun pesan yang cantik dalam sebuah lagu atau karya.
Jadi, bagaimana dengan album ini?
Terlalu kaya jika membahas bagaimana album Manusia ini menjadi satu kesatuan dalam benang merah sederhana. Album ini memang sederhana, tapi di dalamnya ada dinamika kehidupan yang dituang secara perlahan, tidak memaksa dan tanpa penghakiman.
Bagi pendengar, Tulus merepresentasikan bagaimana ia merayakan segala rasa dan peristiwa yang menghampirinya. Diksi sederhana dengan makna yang mendalam, pesan sejuk tentang mempelajari ikhlas, kehilangan dan ketidakberdayaan untuk bersama adalah pesan — pesan yang Tulus bawa. Tidak lupa tentang sisipan mimpi manusia dengan semangat yang besar, jiwa yang muda dan bagaimana manusia mengenal dan memaafkan diri mereka sendiri tanpa terkecuali.
Tidak ada kekurangan yang jelas dalam album ini. Mengalir seperti dinamika hidup, album ini akan punya tempat tersendiri bagi siapapun yang mendengarkannya, bukan terkait bagus atau tidak. Ini tentang sekumpulan lagu yang mendengarkan dinamika kehidupan manusia, lalu didengarkan lagi oleh banyak telinga manusia.
Album ini tentang menerima segalanya, menghayati dengan penuh makna sebagaimana dalam lirik — liriknya. .
Hayati alur nafasmu,
Biar tentram yang berkuasa.
Bukankah hidup hanya sekali?
Mari, hiduplah kini.